Kamis, 27 Mei 2010

Boneka - Boneka yang Menghilang [1]

Suatu hari, aku, Usagi / ウサギ (Ingrid), si detektif, beserta teman - teman mantan kelas 4-1, study tour ke Hiroshima, Jepang (jauh banget) bersama bu Marsi (plus beberapa guru yang lain, wahahahaha). Kami benar - benar menikmati perjalanan hari ini. Mumpung gratis... (penjelasan: simpel, saya kelinci pemalas dan suka yang gratisan...)

Saat melihat - lihat pemandangan di Hiroshima, tiba - tiba Fathan kebelet. Dia menoleh - noleh kebingungan mencari toilet. Bu Marsi yang menyadari perasaan cemas (huek!) Fathan, dengan sigap menggandeng tangan si pinter matematika itu menuju toilet tanpa mengucap sepatah kata (lucuuuu....!! Tingkah yang keibuan..!).
"Si Fathan kenapa sih..?" tanya Refi kepada Hana.
"Coba saja kamu tanya, aku sih nggak tahu," jawab Hana sambil menaikkan bahunya.
"Tapi, ekspresinya aneh begitu. Pasti dia sedang panik," sahutku.
"Kamu ini, sempat - sempatnya meramal orang," timpal Lintang.
"Lihat saja ekspresinya, dia pasti kebelet," tebak Dzorif.
"Hei, teman - teman! Daripada mengkhawatirkan Fathan, lebih baik kita pergi ke tempat yang jadi korban bom atom..!" komando Anisa, sang ketua kelas. Semua mengangguk.
"Kurasa, Bu Marsi dan Fathan pasti bisa menyusul kita," kata Dio sebagai letnan menambahkan.
"Bagaimana kalau kita makan saja dulu? Di sana ada penjual bakso," saran Pak Nur sambil menunjuk sebuah kedai sushi.
"Pak...... Itu kedai sushi... Kan ada tulisannya?" kata Olivia setengah kesal.
"Ya.. Repot ya, kalau sudah di luar negeri, nggak bisa baca, apalagi ngomong *sama orang lokal*," kata Bu Iva disambut tawa anak - anak.
"Apa ya, tujuan tryout beberapa minggu yang lalu? Bikin penasaran!" seru Nina.
Fathan dan Bu Marsi yang ditunggu akhirnya datang juga.
"Maaf ya, jadi merepotkan semuanya," Fathan membungkuk dalam - dalam.
"Kayak orang jepang aja kamu, Fat!" kata Rio tertawa. Anak cowok lain tertawa juga. Kebanyakan nonton anime Naruto sih.
"Lho? Nggak ada Kishimoto Masashi ya?" tanya Dimas. Dia berharap bertemu dengan Kak Kishimoto dan minta digambarkan Uchiha Sasuke. (aku juga mau ketemu Toyama Ema nih!)
"Jangankan Kishimoto Masashi, Ninomiya Tomoko saja nggak ada!" kataku mengomentari. Dia lagi vakum setahun, kan'.
"Anak - anak, daripada kalian meributkan hal yang tak perlu, lebih baik kita makan bakso saja..!" kata Pak Nur menengahi.
"Apaan sih?" kata Alfia, namun tak dihiraukan teman - teman yang sudah berjalan mengikuti Pak Nur dan menuju kedai sushi.
Suasananya memang aneh.

"Waah, ini enak lho, teman - teman! Ayo, kita makan sushi *katanya* yang enak ini, mumpung ada yang nraktir! Kita mungkin nggak akan kesini untuk yang kedua kalinya," kata Faisal dengan mulut penuh daging sushi.
"Woi, Faisal.... Seharusnya kamu makan yang rapi dong, *kayak aku*," kata Refi. Mananya? Kayaknya sama - sama bermulut penuh sushi deh.
"Cara makan kalian menjijikkan," seru Via jijik.
"Yah, aku jadi nggak berminat," kata Tisa, ikut jijik.
"Kalau kalian jijik, ya nggak usah duduk di sebelah kami juga nggak pa - pa!" bentak Faisal sambil memukul meja. Untung mulutnya sudah bersih. Kalau nggak, uh... Jijik.
Faisal mendengus, lalu membawa mangkuknya menuju meja paling pojok.
"Hei, kalian membuatnya marah tuh," Widya mengelap mulutnya, lalu menyerahkan mangkuk kosong itu kepada penjual sushi. Benar - benar rapi, tidak seperti kedua anak cowok itu.
"Tuh, lihat Widya, makannya rapi, nggak kayak kalian berdua!" kata Winda dengan nada tinggi.
"Grid, kamu nggak makan?" tanya Disqi. Aku menggeleng.
"Aku mau jalan - jalan saja," jawabku tenang.
"Ikut, Grid..!" seru Hana dan Bela (C).
Haah....

Di Jepang, kami melihat pemandangan yang aneh - aneh. Ada banyak museum, toko es krim, bakery........ Di Jember nggak sebanyak itu kan (hahahahaha! *Ndeso*).
Ng? Di seberang jalan, ada toko boneka. Ada boneka beruang, kelinci, katak, bawang, monyet, kucing, dan lain - lain. Sepertinya mereka juga tertarik. Kemudian, Bela mengganggukkan kepalanya dengan lemah, sebagai isyarat agar segera berlari menuju toko boneka.

Di toko boneka, aku segera memilih boneka kelinci yang manis - manis itu. Soalnya, beruang kan lambang cinta, sedangkan kelinci adalah tanda sahabat. Mau kuberikan kepada Alfia. Akhirnya aku membeli boneka kelinci yang sedang, berwarna turquoise.
"Kalau aku sih, kayak gini," kata Hana sambil menunjukkan boneka kucing berbulu lembut dan berwarna coklat keemasan. Sedangkan boneka milik Bela wujudnya berupa beruang putih bersayap. Aku memanfaatkan kemampuan berbahasa jepangku untuk menolong kedua temanku.

Kami semua sekelas kembali ke penginapan. Hari telah malam, dan semua sudah selesai melaksanakan shalat Isya. Semaunya berkumpul di ruang makan untuk makan malam. Kami *dipaksa* menggunakan seragam hijau - putih SD Al - Furqan *supaya keliatan Al - Furqannya, hehehe*.
Setelah makan, aku berusaha berbaur dengan orang - orang yang berada di tempat itu. Salah satunya, Kawane Chini, yang bercerai karena suaminya hendak membunuhnya, entah karena apa. Ada juga Misato Nnoi, Kotobuki Tsumugi, dan Mizuiro Akai, para wartawan baru dari NHK TV. Ada beberapa arang yang lainnya juga.

Bagikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan ngespam, jangan promosi, jangan berdagang, jangan membahas SARA.... jangan pacaran. :lol: