"Serpihan permen?" tanyaku di taman. Dia menelponku.
"Ya! Kurasa, alat yang digunakan untuk memukul tengkuk Rii adalah batang permen...!" kata Dio dari jauh. Tapi, suaranya terdengar dekat. Suaranya menyusup ke telinga dengan lembut........ *cobaen wes Nis!*
"Coba kamu cari pelakunya. Aku sedang mencari sinyal LAN gratis...."
"Kamu iniiii......!!!!!!!!!! Doyan banget sama gratisan sih!!!!!!!!!!" bentak Dio.
"Cih," aku menekan tombol tutup *merah* dengan sebal. Aku sempat merasakan ada hawa orang yang kena *berpenyakit* priyadingistis *seperti http://priyadi.net *
Namun kuacuhkan.
Aku masuk ke UKP (Unit Kesehatan Permen) *memang ada? Dodol mode on* dan melihat Rii terbaring lemah.
Kami berencana untuk menunggui Armon sampai dia sadar. Tapi sekarang jam sudah menunjukkan pukul 22:00. Yang lain sudah tertidur. Aku akan melakukan cheat supaya bisa mengetahui pelakunya. Aku membuka fan page Jigoku Tsushin *by ウサギ* yang hanya bisa diakses jam 12 malam dengan zona waktu Jepang. *tapi aku nggak tahu konfigurasi biar bisa dibuka pada waktu tertentu*
"Aku akan menemukan jawaban dari neraka!"
Sang asisten, Ririn, muncul dan memperlihatkan potongan video kejadian yang menimpa Rii.
Benda gelap yang seperti bayangan itu memukul tengkuk Rii dengan benda berwarna hijau.
Ini....
Permen!! Jadi, analisa Dio itu benar!!!! Hebat!
ウサギ"Ini hanya kronologinya saja. Bisa jadi prosedurnya berbeda jauh," kata Ririn mengingatkan.
"Kurasa itulah yang sebenarnya penting!" kataku pada Ririn.
"Ya! Mungkin kita bisa mencari permen yang serupa mulai sekarang!" kata Ririn ikut senang. Aku jadi cemberut.
"Oi, aku juga mau tidur."
"Ups."
Pagi harinya, aku mengajak semuanya untuk melihat rekaman CCTV. Kami nggak mandi. *jorok*
"Aku yakin, dengan cara ini, kita pasti bisa menemukan pelakunya!" kata Emil sambil mengutak - atik komputer CCTV.
"Uhm," Bela berdehem.
"Apa?" tanya Emil. Terganggu.
"Maaf. Aku sedikit batuk," jawab Bela.
Emil meneruskan pekerjaannya. Akhirnya file - file penting itu ketemu. Tapi, tak ada satupun yang menyorot kejadian itu.
"Karena saat itu siang, maka jika listrik dipadamkan takkan ada yang menyadari. Namun, mesin pengocok saus milik Dorothy sempat mati. Dia kira mesinnya rusak," kataku mengemukakan pendapat. Yup, hal itu memang terjadi ketika aku dan Peach membeli softcake.
"Tapi, pelakunya tidak tahu, kalau hanya mematikan komputer sudah cukup," kata Anisa.
"Tidak. Hanya petugas CCTV yang boleh masuk ke dalam. Jika diizinkanpun tak ada gunanya. Kita butuh personal card yang mengidentifikasikan bahwa kita petugas CCTV. Pengamanan yang berlapis - lapis," jelas Alfia. Dorothy melongo.
"Kalian ini siapa....?"
"Ingrid 'ウサギ' Irianty, Alfia Nadia Putri, Anisa Rahmah, Alfiandy 'Dio' Hariansyah, Emiliano 'Cloud' Ihza, Traviata dan Nabilah Agrininda," jawabku dengan suara rendah.
"Tapi, kita tak tahu motif apa dibalik kejadian ini," kata Via.
"Iya, lebih baik panggil polisi," saran Bela.
"Tidak! Tidak seru kalau memanggil polisi! Analisa kita takkan didengarkan dengan mudah! Waktu study tour saja
(baca chapter 1/part 3) sebenarnya aku harus memaksa polisi wilayah tersebut baru diterima!" aku mulai protes. *heghe*
"Berarti pelakunya adalah pembuat permen," kata Aryo menyindir.
"Hauh?" Dorothy berhenti makan softcake. "Kau menuduhku?"
"Ya, enggak sih, tapi, cuma kamu yang sering berada di dekatnya kan?" kata Aryo memanas - manasi. Kejam.
"Ini hanya kronologinya saja. Bisa jadi prosedurnya berbeda jauh."
"Bagaimana jika kejahatan dilakukan tanpa berada di tempat kejadian?!" teriak Emil. Bercanda nih?!
"Hah?" semua orang menoleh ke arah Emil.
"Maaf, maaf," kata Emil menunduk.
"Bisa saja tuh," kata Bela.
"Mungkin tanpa sengaja Rii mengaktifkan sesuatu, sehingga sistem yang dibuat pelaku dapat bekerja," aku mulai serius lagi.
"Ya........ Ya..!!" seru seseorang. Rii.
"Rii?!" semua orang berharap tahu pelakunya.
"Tapi, aku tak tahu caranya," kata Rii lemas.
"Yaah...." yang lain ikutan lemas.
"Kurasa, ketika akan mengantar cake es krim, aku jatuh karena kaki kananku tersandung kaki kiriku. Ternyata kaki kiriku tersangkut kabel..!" kata Rii menjelaskan kronologinya.
"Kamu akan menjelaskan bahwa itu kebetulan?" tanya Anisa. Rii menggeleng.
"Aku akan memeriksa TKP! Lagi pula, aku juga sudah meminta agar mereka datang siang saja," aku berlari menuju TKP sambil berkata begitu. Tak lupa menyambar sebuah cake es krim rasa vanilla. Semua terbengong - bengong.
Aku sudah sampai di tempat robohnya Rii. Butuh waktu 5 menit karena harus memutari stand - stand manisan yang bikin ngiler. Ada stand cemplon dan konnyaku (puding) juga.
Aku memeriksa dapur. Waktu yang ditentukan telah tiba. Polisi sudah datang. Aku mencari - cari sesuatu yang mengaitkan kabel. Tapi, jangankan pengaitnya, kabelpun tak ada yang berserakan.
Apakah saat itu dia sedang kecapean ya? Terus, dia berpikiran bahwa benda itu adalah kabel......... SENAR PIANO!!!!!
"Iya ya, senar piano adalah jenis benang *tali?* yang kuat! Berarti kalau senar piano itu..." aku meneliti tiap sudut dengan teliti. Kalau senar piano pastinya *wajib* disimpan di tempat yang tidak ada kaitannya dengan manisan, iya kan'. Atau disembunyikan?
Aku melihat - lihat ke dapur. Ada potongan plastik. Aku tertawa.
Bagikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan ngespam, jangan promosi, jangan berdagang, jangan membahas SARA.... jangan pacaran. :lol: