Ternyata dia Nnoi. Aku memeriksa tangannya. Masih lemas. Selain itu, darahnya juga masih segar. Sepertinya belum lama dibunuh.
"Nnoi..."
"Kamu, kamu tahu sesuatu?" tanya Bu Marsi.
"Aku nggak yakin."
"Ini tugasmu, sebagai detektif di kelas 4A. Sebaiknya kamu juga berhasil menjawab teka - teki ini," kata Rio ketus.
"Memangnya hal itu mudah?!" bentakku.
"Wuooooi..! Jangan ber-ke-la-hi!" lerai Dhila.
"Tuh, denger yang dibilang Dhila!" kata Bu Marsi.
Aku melihat ke arah lain. Ada kapas terkena darah yang jatuh.
"Jangan - jangan..........." Aku membuka pintu kamar tempat Hana, Lintang dan Alda. Bonekaku dan boneka Bela (Destiny Chaldiest, wakakakaka) ada di sana. Kami bertiga terkejut, karena sebenarnya ketiga boneka itu telah menghilang.
"Padahal sudah kukunci tadi!" kata Hana merasa bersalah.
"Kamu jangan gitu Han! Kita cari bersama - sama saja, yuk," kataku menenangkan. Aku juga mau mencari pembunuh itu.
"Pak Tris, tolong telponkan polisi dan ambulans.." Ah, ternyata Pak Tris sudah menelpon duluan. Ya sudah.
"Kami pergi dulu ya..!"
Kami menemukan kapas. Lagi. Tapi, kali ini warnanya putih, nggak ada darah.
"Ada lagi," kata Hana sambil memungut kapas tersebut.
"Tapi, tidak mungkin membunuh dengan kapas. Apa ada ya, kapas ajaib?" kata Biellz Dztny Chaldiest. Aku dan Hana tertawa.
"Imajinasimu berlebihan," kataku sambil tertawa, lalu diam serius.
"Ayo ke resepsionis."
"Kita mau checkout?" tanya Bela.
"Nggak. Cuma nanya."
Di meja resepsionis, kami menanyakan orang orang yang checkout dari pukul 9 sampai pukul 2.
"Ada tiga orang dik. Yang pertama Tomoya Satoka. Lalu Kawane Chini dan Mizuiro Akai," jawab sang resepsionis dalam bahasa jepang.
"Hah.?! Dia ngomong apa sih Grid? Ada sebutan Tomoya Satoka, Kawane Chini, dan Mizuiro Akai. Itu juga istilah?! Haduh.... Bingung...." kata Bela dengan mata berputar - putar.
"Yang kamu sebutkan tadi orang - orang yang checkout..! Bagus, Bel!" seruku.
"Kebetulan, mereka mungkin sedang menunggu shinkansen yang datang, mereka sama - sama bertujuan ke Yamaguchi," kata mbak resepsionis.
"Ayo! Kita harus segera menuju stasiun shinkansen!"
"Kalian boleh memakai mobil dinasnya."
"Biar aku yang kemudikan..." Ooh, rupanya Pak Jo menawarkan diri. (Hah? Pak Jo? Yang bener? Hahaha) Kami mengangguk. Di samping beliau, ada Anisa, Refi dan Dio.
"Kalian juga ikut?" tanya Hana. Mereka mengangguk dalam - dalam.
"Nah, ayo kita berangkat!" kata Bela yang paling semangat.
"Lihat! Itu stasiun shinkansennya..." kata Dio sambil menunjuk sebuah stasiun.
"Dan itu Kawane Chini!" seruku.
"Ayo anak - anak semuanya turun," kata Pak Jo. Kami segera membuka pintu dan berlari ke TKP. *anak kaskus nih, sok TKP*
"Tante Kawane......! Tante...!" panggilku dalam bahasa jepang.
"Ooh, Riri! Sini, sini," ajak Tante Kawane. "Tante juga bersama Satoka lho."
"Ohayou minna san..!" kata Tomoya sambil berdiri, lalu membungkukkan badan, seperti Fathan tadi siang.
"Kayak Fathan saja," komentar Dio. Refi mengangguk setuju.
"Itu memang adatnya kan..." kataku meralat.
"Tante Kawane, Kak Tomoya, Kak Mizuiro, kalian diminta kembali ke hotel karena ada urusan mendadak."
"Memang ada apa?" tanya Mizuiro.
"Susah dijelaskan! Pokoknya ikut saja," jawab Pak Jo dengan terbata - bata.
"Baiklah." Ketiga orang itu memakai taksi untuk menuju hotel, sedangkan kami memakai mobil dinas yang dipinjam dari hotel. *gak bondo*
"Assalamualaikuum..!" Suara Dio terdengar jelas di dalam hotel.
"Jadi, kalian sudah kembali?" tanya Olivia.
"Yang seperti itu nggak usah dijelaskan," kata Anisa.
"Polisi juga sudah datang," kata Bu Husnul. "Sekarang mau apa?"
"Ups, seharusnya, kita memanggil polisi itu nanti saja," kataku sambil menahan tawa.
"Ini bukan bercanda Ingrid!" kata Novan.
"Oke, oke, aku akan menjelaskan, tapi aku butuh asisten yang bisa 'Bilingual', ada?" kataku setengah bertanya.
"Aku deh," kata Alfia. Sekarang kemampuan menulis kanji dan katana sudah cukup hebat, dalam beberapa detik sanggup menulis kanji yang rumit. Selain itu, dia juga bisa memahami dan berbicara dengan bahasa jepang.
"Alfia, kamu tulis dalam bahasa jepang ya," kataku.
"Siap, paham! Silakan mulai."
Lorong menjadi hening. Aku deg - degan juga menyampaikan kronologi dari kasus ini.
Bagikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan ngespam, jangan promosi, jangan berdagang, jangan membahas SARA.... jangan pacaran. :lol: