"Guntingnya pasti besar dan kuat."
Aku membuka lemari. Memang benar, senar piano serta penggulungnya ada disitu.
Segera kugunakan sarung tangan bersegel spesialku, lalu kuambil senar piano itu.
"Aku harus cepat.....!!" Baru saja bilang begitu, aku tersandung seperti halnya Rii.
"Huwa!"
BRUK.
Sarung tangan bersegel itu mengenai meja. Dampaknya? Spesial juga. Meja jadi penyet seperti ditindih bola beton.
"Siapa sih, yang naro paku di sini....!!!!!!!?" Aku memungut paku yang tertancap di lantai dengan mudah jika memakai sarung tangan bersegel istimewa itu.
Aku memakai sepatu-transformasiku, lalu berlari secepat kilat. Aku hanya membutuhkan 25% waktu yang kubutuhkan jika dengan sepatu biasa.
"Hoi, lama sekali?" tanya Dio.
"Polisi sudah datang," kata Via.
"Ini," aku menjawab singkat sambil menyodorkan paku dan senar piano.
"Senar piano?!" Via kaget.
"Kau langsung tahu ya, Vi," aku memuji Via. Yang dipuji malah senyum - senyum sendiri.
"Nah, kali ini, biar aku yang cerita!" tukas Anisa.
"Oke, oke," kata Pak Rahman tersenyum *polisi lho*
Pelaku memasang paku di depan dapur. Kemudian mengaitkan senar piano di dua lemari dan paku. Lemari yang satu berada di bawah dan lemari lain berada di atas. Tetapi, sinar yang dikaitkan di lemari bawah tidak diikat kuat. Pada ujung senar yang lain, telah digantung sebuah pemukul.
"Apakah itu permen?!" tanya Dio. Dia berharap analisanya benar. Sayang, Anisa menggeleng.
"Kemungkinan terbuat dari dry ice. Sehingga dalam waktu sekejap bukti tentang pemukul bisa dihilangkan."
"Itu berarti dia dari stand es krim??" tanya Alfia.
"Tidak harus," jawab Anisa. "Semua orang juga bisa melakukannya. Ini trik yang *terlalu* sederhana sih."
"Ooh..........." para 'cake maker' manggut - manggut.
"Tapi, ada satu hal yang belum kuketahui!" kata Anisa. "Tidak ada penyekat ruangan antar stand kan'? Seharusnya tindakan kriminal *jiah, kritikus* seperti itu dapat dilihat banyak orang! Apalagi kejadiannya saat siang sebelum waktu makan siang!"
"Mungkin dia memakai es batu?" kata Emil.
"Tidak. Jejaknya hilang tiba - tiba. Es batu akan meleleh. Dry ice akan menguap dalam beberapa jam," jawab Anisa.
"Kalau disamarkan bagaimana?" tanyaku.
"Kalau disamarkan, bisa memakai dry ice, es batu, atau apapun, iya kan'," sambung Dio.
"Misalnya dry ice yang diberi krim softcake!" kata Bela bersemangat.
Dio: "Oi..................."
Alfia: "Tapi krimnya..!"
ウサギ: "Krimnya akan meninggalkan jejak kalau begitu!"
Anisa: "Hah?"
Emil: "Iya betul! Coba saja sendiri kalau nggak percaya."
Anisa: "Memang begitu?"
*tanpa jelas siapa pembicaranya....*
"Aku akan mencari tahu jejak krim itu!"
"Jangan!"
"Kenapa?"
"Soalnya, aku yakin cake itu takkan ditemukan!"
"Darimana kamu tahu??!"
"Ah, ituu....."
"Berarti pelakunya adalah Dorothy dong!! Dia kan' pandai membuat hiasan."
"Iya ya."
"Bukan dia. Kalian salah menunjuk dia."
"Pelakunya Aryo? Eh, bisa juga ya."
"Tapi, aku tak pernah dendam sedikitpun pada Rii!!!"
"Hubunganku dengan Kak Aryo seperti kakak dan adik."
"Ya."
"Tapi, ウサギ, bukankah tersangkanya ada diantara kedua orang itu?"
"Bisa ya, bisa tidak. Semua orang boleh melakukannya."
"Oi, Ingrid, kapan kamu mau belajar di luar kota sebagai pakar-penyiksa-mental?"
"Hehehe. Kalau sempat."
"Hei! Kok aku nggak tau siapa yang ngomong ya?!"
"Au' ah, gelap! Males mau nulis pembicaranya."
"Grrrrrrrr.........r!"
"Berarti pelakunya, tak ada disini?"
"Tidak mungkin!"
"Ufufufufufu. Sang pelaku pasti tenang kan', karena tak ada yang menuduhnya? Akan kubuat serius juga dia."
DEGG......!
"Aku bisa dengar detak jantungnya lhoooo......." *nari*
"Ups, lupa, foto kejadian ini dulu ah, buat dipost di Mim, Facebook sama Tumblr ah...."
TOINK!!!!!!
"Dasar GEEK!"
"Awa, sori."
"Pelakunya adalah Peach, karena saat waktu makan siang hanya dia yang berada di dapur milik Rii." Akhirnya aku memberitahu siapa pelakunya. *Puyeng debat terus*
"!?"
Akhirnya Lala-Peach ditangkap karena berniat membunuh koki kesayangan Bu Direktur. Sebagai imbalan, kami boleh datang ke rumah permen kapan pun, dan, gratis!!
ウサギ: "Kurasa aku cuma mau makan cemplon doang."
Anisa: "Aku mau coklat!"
Alfia: "Roti melon keknya sudah cukup..."
Via: "Kalau aku, sandwich!"
Bela: "Semuaaanya!"
Emil: "Aku suka woodchoconya. Ada efek mint."
Dio: "Mbo, cuma nganter saja...."
Oi! Ceritanya mengambil unsur unsur dalam anime Case Closed... :3
NB: Sebutan Cloud yang diberikan ウサギ kepada Emil berguna sebagai nama sandi.
Bagikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan ngespam, jangan promosi, jangan berdagang, jangan membahas SARA.... jangan pacaran. :lol: