Hari ini sepulang sekolah, aku, Usagi / ウサギ (Ingrid), dan Alfia akan ke rumah Anisa. Kami bertiga akan mengunjungi rumah permen. Nah, kebetulan rumah permen itu dibuat di tanah kosong yang dekat dengan rumah Anisa. *pemanfaatan*
Kami sudah tiba di rumah permen. Semuanya nampak enak.
"Wuaaaa...! Nggak sabar mau makan semuanya..!" kata Anisa senang.
"Kamu mau makan rumah ini juga?" sindir Alfia.
"Yah, kalau boleh." Apa boleh buat, kejadian setahun lalu membuat Anisa tidak peka terhadap sindiran.
"Kita ke stand coklat yuk! Di sana ada beberapa anak 5A," kataku mengalihkan perhatian.
"Masa'?" tanya Alfia tidak yakin.
"Seperti yang terlihat," aku menunjuk stand coklat. Ada Via, Bela (A), Dio dan Emil sedang memilih coklat.
"Be, benar," Alfia kaget. Kemudian, kami menghampiri mereka berempat.
"Kebetulan, kami juga mau makan coklat!" kataku dengan lantang. Biar kedengeran. *kalau kecil kan nggak mungkin...*
"Hei! Kalian bertiga lagi," kata Dio, menampakkan wajah senang, detik berikutnya cemberut.
"Ketua kenapa?" tanyaku penasaran. "Terlalu hebat, bukan hanya soal IPA, tapi juga soal mengubah raut wajah."
Dio menggaruk kepalanya yang tak gatal. Bela dan Via senyum - senyum.
"Kok, nggak ramah sih?" tanya Via pada Dio. *niat menggoda*
"Wee, terserah aku dong..!"
"Sudah nemu coklat?" tanya Anisa.
"Nggak bisa milih coklat........." Kami kaget. Ternyata suara itu berasal dari Emil. "Mas Dio, tolong ambilkan coklat yang berbentuk batang kayu dong..." *muka melas*
"Kamu nggak kenapa - kenapa?" tanyaku pelan. "Hah?!" Dio kaget. "Memang kenapa?!"
"Nggak sih, tapi aku khawatir kalau ketua jadi depresi atau malah frustasi gara - gara ketua sekelas sama adiknya."
"Nah, aku juga mau woodchoco, jadi aku akan mengambil dua," kataku berjunjit mengambil woodchoco. Bukan masalah tinggi buatku, tapi masalahnya woodchoco diletakkan di belakang. Akhirnya berhasil dan aku memberikan satu woodchoco pada Emil.
"Makasih, Ingrid," kata Emil takjub.
"Payah."
Saat yang lain melihat - lihat coklat, aku berjalan menuju stand softcake.
Ah, softcake. Coklat. Ah, softcake. Strawberry. Ah, softcake. Raspberry. Ah, softcake. Daging sapi karamel.
"Daging sapi karamel...!!?" aku menghentikan langkah dan melangkah menuju tempat softcake daging sapi karamel.
"I, itu buatanku..." Aku menoleh ke arah asal suara. Ada cewek yang cantik. Kelihatannya pemalu. Disampingnya ada cowok. Cakep. Lemayan.
"Kakak siapa?" "Dorothy. Arihyoshi Dorothy. Ini temanku, Roy 'Cheffon Master' a.k.a Aryo."
"Arihyoshi Dorothy? Itu kan' yang tertulis di papan."
"Ya. Tetapi dia lebih suka dipanggil Dorothy," kata seorang cowok yang sebaya denganku. Lho, kok, wajahnya nggak asing lagi?!
"Ka, ka, kamuuuu!!!? Kamu kan, Rii!" *namanya bukan itu sih..... Sensor aja*
"Ketahuan ya?" tanya Rii kaget.
"Jelas. Aku hapal wajahmu. Walau kita nggak sekelas, bahkan satu sekolah."
"Kamu sendirian?"
"Nggak. Sama teman - teman. Hei!? Aku mau membeli softcake daging sapi karamel kok nggak jadi terus ya? Ngobrol sih."
"Ini," kata Rii sambil memberikan bungkusan berwarna hitam. "Jangan curiga. Ini softcakenya."
"Ouoo. Thanks. Sama softcake strawberrynya juga?"
"Ok."
"Bayar nggak?" *quote @chapter1: simpel, saya kelinci pemalas dan suka yang gratisan...*
"Nggak usah!"
"Thanks!" kataku sambil berlari.
Aku masih berlari. Aku mau memberikan softcake strawberry pada ketua dan sekretaris. Mereka kan' suka strawberry............
BRUKK!! Ugh! Aku menabrak orang. softcake jadi jatuh. Kelihatannya softcake masih berada di dalam kresek, tapi aku sudah tidak tahu bentuknya seperti apa....
"Maaf ya," kata seorang cewek yang kelihatannya sebaya dengan Dorothy. Dia tinggi dan langsing. Pake kacamata.
"Ti, tidak apa - apa... Hah?" kakak itu membuka kedua kresek milikku. "kakak?!"
"Ya ampun, maaf, softcakemu jadi rusak.... Apa perlu kuganti?"
"Tidak usah..."
"Ayolah, biar kakak yang traktir," kata kakak itu menawari. "Gratis ya...?" Gratis, gratis, gratis, rasanya pernah dengar... GRATIS!?
"Asyiik..!!"
Kakak itu hanya tersenyum melihatku jungkir balik *iiiiih*.
"Namaku Peach."
"Ooo, Peach..! Kalau namaku ウサギ!"
Aku mendapatkan kembali softcake - softcake itu dan bertemu dengan Rii setelah beberapa tahun berlalu. Aku pernah suka sama Rii, tapi sekarang tidak. *hehehehe, hwahaha*
"Ingriiiiiiiiid!!!!! Kamu dari mana sih?" tanya Bela mengeluh.
"Anu, beli softcake buat ketua dan Anisa."
"Buat kita mana?" tanya Alfia senang. *ngarep softcake*
"Aku kan nggak tahu kesukaan kalian!"
"Yaaaaaaaaaaahhh............" serempak githu!
"Waaaaa!!"
Perasaan ini..........!!
Aku segera berlari menuju asal suara.
Tergeletak sebuah cake.
Disamping cake itu, Rii telah roboh. Serpihan permen bertebaran. Aku memegang tangannya. Hangat.
"Rii hanya pingsan."
Dio dan Emil memapah Rii yang kepalanya berdarah.
Serpihan permen? Ada di bahu? Apa permennya diletakkan di bahu? Dio curiga.
"Emil, ayo cepat sedikit!" "Ya mas!"
Bagikan
hy!
BalasHapusanda wong cina kah?
salam
http://www.indaam.com